Anatomi Partai: PKS dan Diaspora Pemikiran Korup Golkar (Part 1)



Mulai hari ini akan diturunkan laporan tentang anatomi partai politik peserta Pemilu 2014. Kali ini peserta pemilu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan dikupas. Bagaimana anatomi pemikiran partai agama PKS ini? Banyak orang heran kenapa partai agama PKS yang sangat kental dengan warna agama PKS, justru terjebak menjadi partai korup? Dengan diwakili oleh koruptor sapi ustadz Ahmad Fathanah dan duli yang maha mulia ustadz Luthfi Hasan Ishaaq, maka PKS menjelma menjadi partai korup. Apa yang melatarbelakangi sehingga PKS menjadi sama dengan partai lainnya: korup.


Sejarah kelahiran partai agama PKS dilatarbelakangi oleh sikap tertekan para kader mereka. Dorongan internal yang selama zaman Soeharto berkuasa menjadi kelompok marjinal melahirkan kelas menengah terdidik yang mentah. Para lulusan pendidikan tinggi yang tergabung dalam pengajian usroh - suatu gerakan bawah tanah pegajian radikal yang diawasi oleh Soeharto - mendapatkan kesempatan berpolitik setelah lahirnya Reformasi 1998.


Euforia pendirian partai memberi kesempatan kepada peserta pengajian ekslusif-tertutup untuk membentuk partai. Lahirlah Partai Keadilan (PK) yang merupakan embrio lahirnya partai agama PKS sekarang ini. PK menjadi partai yang sangat santun, rapi, sopan dan indah. Pemilu 2004 menjadi titik paling menentukan ketika para kader PKS untuk kali pertama merasakan kekuasaan. Teori bahwa kekuasaan cenderung korup terbukti.


Golkar dan kader adalah mentor dari semua muara korupsi. Para partai belajar dari Golkar tentang korupsi dan cara berkelitnya. Pemikiran dan taktik korupsi yang dilakukan oleh Golkar sungguh luar biasa - berjamaah, sistematis, rapi dan massif. Contoh paling spektakuler adalah ketika Akbar Tandjung lepas dari jerat hukum atas tuduhan korupsi kasus dana non-budgeter Bulog. Kasus Bulog ini adalah kasus tentang pengambilan uang hasil ‘komisi’ dari quota pengadaan bahan makanan impor yang tak dimasukkan ke dalam kas negara.


Nah, PKS belajar dengan memanfaatkan kuota sapi dengan ‘komisi’ yang dihitung. Kuota yang dimainkan adalah daging sapi impor. Setiap satu kilogram daging dikenai ‘komisi’ Rp 5,000. Pelakunya pun sama, kalau di Golkar pelakunya - meski akhirnya dibebaskan karena belum ada KPK - maka di partai agama PKS pelakunya adalah Presiden PKS ustadz Luthfi Hasan Ishaaq dibantu oleh ustadz Ahmad Fathanah. Pelajaran yang dicontek dari Golkar oleh PKS ternyata beda masa dan zaman. Zaman Akbar Tandjung belum ada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), zaman sekarang ada KPK - maka tak pelak lagi Luthfi Hasan Ishaaq dicokok KPK bersama Ahmad Fathanah dan Maharany Suciono sang pelaku gratifikasi seks.


Maka PKS merupakan partai yang memiliki falsafah dan dasar kekuasaan yang meniru mentornya: Golkar. Jadi dalam pemilu 2014 nanti, memilih Golkar atau memilih PKS sama saja. Memilih partai nasionalis Golkar atau memilih partai agama PKS sama saja. Milih PKS sama dengan memilih Golkar: sama-sama korup. Anda pilih partai nasionalis Golkar atau partai agama PKS?


Salam bahagia ala saya.





sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/07/anatomi-partai-pks-dan-diaspora-pemikiran-korup-golkar-part-1-608517.html

Artikel Terkait:

 

Kompasiana Blog Copyright © 2014 -- Powered by Blogger