Apa yang terjadi belakangan ini tentang Ibu Ani Yudhoyono terus berlanjut seperti bola salju. Semakin kesini bukan semakin larut kemudian mencair tapi malahan semakin membesar dan bisa saja menghantam dirinya sendiri. Tapi jika dikelola dengan lebih baik, Ibu Ani sebetulnya bisa menjadi market leader sebagai ibu pejabat negara.
Terkait dengan komentar Ibu Ani terhadap baju lengan panjang anaknya Ibas, adalah naluri alami seorang ibu dalam melindungin anaknya. Juga komentar “bodoh” yang diungkapkan ketika keluarganya mengenakan batik bersama dalam acara santai adalah juga naluri seorang ibu yang sedang melindungi keluarganya. Tak ada yang istimewa, yang menjadikannya istimewa karena Ibu Ani memiliki jabatan penting sebagai ibu negara. Jabatan itu setidaknya akan terus melekat hingga masa berakhir jabatan suaminya sebagai presiden RI.
Saya melihat ibu Ani tak ubahnya seperti alay DLSR lainnya. Sama lah seperti saya dulu ketika asyik pertama kalinya memiliki sebuah kamera meskipun bukan sebuah kamera DLSR. Tapi, setelah ketemu DLSR memang tingkat kenarsisan semakin tinggi mengingat olahan kotak digital yang mengagumkan membuat objeknya makin indah dan berkilau.
Apa yang terjadi memang telalu di besar-besarkan. Ibu Ani tak ubahnya newbi dalam dunia internet. Beliau memang tidak siap atau mungkin tidak mau belajar dari kesalahan sebelumnya. Tidak ada kedelai yang diolah kedua kalinya sehingga menjadi tahu atau tempe. Yang ada hanya sisa-sisa ampas yang biasanya diberikan sebagai pakan ternak.
Nitzen Indonesia sudah cukup paham dengan “kelakuan” keluarga Istana, pun salah satunya adalah ibu Ani. Sampai detik ini kontroversi hati Ibu Ani semakin membuat para nitzen penasaran dan memfollow akun instagramnya. Jika saja dikelola lebih baik lagi, Ibu Ani bisa menjadi market leader di masa mendatang. Karena baru kali ini ada ibu Negara yang cukup eksis di sosial media dengan banyak followers. Jadi, ketika lengser nanti, minimal tidak akan terkena post power syndrome karena masih memiliki pengaruh meskipun sebatas melalui sosial media. Tapi jangan salah, dengan sosial media sebuah negara pun bisa luluh dan runtuh. Apalagi cuma sebuah keluarga yang kebetulan tinggal sementara di Istana yang sejatinya milik rakyat dan bersama.
Salam Hangat penuh Semangat
@DzulfikarAlala