Menggolongkan Pahlawan yang Sealiran


Pertama-tama saya ucapkan selamat Hari Pahlawan untuk seluruh pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. Walaupun sampai sekarang bangsa ini terlihat memprihatinkan, tapi saya percaya perjuangan para pahlawan tidaklah sia-sia.


Dalam rangka hari pahlawan ini, seharusnya dijadikan momentum seluruh masyarakat untuk kembali mengingat perjuangan para pahlawan untuk bangsa ini, bahwa terbentuknya bangsa ini tidak didapat dengan mudah, tapi diperlukan kerja keras bahkan sampai mempertaruhkan harta benda dan nyawa. Momentum hari pahlawan ini harusnya bisa menyatukan kita masyarakat Indonesia agar bisa kembali bersatu bersama-sama memajukan bangsa ini seperti bersatunya para pahlawan mengusir penjajah.


Para pahlawan dahulu sudah membuktikan, bahwa dengan persatuan dan kesatuan tanpa memandang suku, adat istiadat, budaya, atau agama yang berbeda, siapapun lawannya bisa ditaklukan. Namun sayang di era sekarang masih ada saja golongan-golongan yang tidak memahami persatuan itu.


Ceritanya, pagi ini saya baca beberapa status di media sosial yang mengotak-ngotakan golongan para pahlawan dengan hanya mendukung atau merujuk pada pahlawan-pahlawan yang mungkin dianggapnya sealiran dengannya, dan yang lain yang dianggapnya tidak sealiran seolah dikesampingkan. Mereka mengucapkan selamat hari pahlawan merujuk hanya pada pejuang sarekat islam semisal HOS Tjokroaminoto, Agus Salim, M. Natsir, entah apa maksudnya.


Padahal kalo mau benar-benar dirujuk, hari pahlawan 10 november ini asal muasalnya merupakan dari sejarah pertempuran Surabaya yang merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda . Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November1945 diKota Surabaya, Jawa Timur. Peristiwa ini banyak melibatkan perjuangan tokoh-tokoh masyarakat di surabaya yang terdiri dari kalangan ulama’ serta kiyai-kiyai pondok jawa seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kiyai-kiyai pesantren lainnya mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat umum dalam menghadapi perlawanan penjajah.


Tapi sebagai bangsa yang sudah bersatu dalam satu kesatuan Bangsa Indonesia harusnya pengkotak-kotakan atau rujuk merujuk seperti itu tidaklah perlu. Sudah tidak jamannya lagi masyarakat Indonesia menganut sekterian yang hanya suka hanya golongan-golongan yang dianggapnya sepemikiran. Pemikiran-pemikiran seperti ini perlu dibuang jauh-jauh karena hanya akan memecah belah persatuan bangsa ini yang sudah susah payah dibangun para pahlawan. Sekarang sudah saatnya bersatu melanjutkan perjuangan para pahlawan untuk mewujudkan cita-cita pahlawan akan bangsa ini. Bukan lagi kembali ke masa sebelum merdeka yang masih mempeributkan perbedaan golongan-golongan, karena terbukti perbedaan-perbedaan pada masa itu bisa dengan mudah dipecah belah dan ditaklukan oleh penjajah.


Mari bersatu sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia untuk memajukan Bangsa ini tanpa memandang perbedaan suku, adat istiadat, budaya, golongan, agama, dan lain-lain. (Amin)



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/10/menggolongkan-pahlawan-yang-sealiran-609346.html

Artikel Terkait:

 

Kompasiana Blog Copyright © 2014 -- Powered by Blogger